Gadis "Cabe-cabean" Makin
Marak Di Jakarta
Kiprah perempuan
“cabe-cabean” kini makin marak di
kota besar di Jakarta, keberadaannya makin terang-terangan dalam operasinya
menggaet pria hidung belang. Dari segi jumlah tempat menjajakan dan jumlah
orangnya pun cepat bertambah banyak, bagai jamur di musim hujan.
Sedikitnya
ada tiga titik tempat nongkrong gadis belia "cabe-cabean" yang
menjual jasanya di kawasan Jakarta Selatan. Gadis "cabe-cabean" di kawasan Kemang, misalnya, umumnya tampil modis
dan selektif memilih pelanggan.
Dari
penelusuran Warta Kota, tempat mangkal perempuan "cabe-cabean" itu
antara lain di simpang Fatmawati, Taman Ayodya, dan kawasan Kemang, tepatnya di
Jalan Raya Ampera, Mampang.
Lokasi "cabe-cabean" di kawasan Kemang,
tepatnya di Jalan Raya Ampera, Mampang, ini, "cabe-cabean" tampil
modis dan biasa menghabiskan waktu di depan tempat hiburan malam yang ada di
kawasan tersebut.
Sementara
itu, di simpang Fatmawati, persisnya di depan Rumah Sakit Umum (RSUP)
Fatmawati, Jalan Raya Fatmawati, Cilandak, "cabe-cabean" yang
rata-rata berusia 14 hingga 16 tahun ini beroperasi mulai pukul 21.00 sampai
pukul 02.00 dini hari, setiap hari.
Tarif harga, para
"cabe-cabean" di sini mulai Rp 400.000 hingga Rp 1,5 juta semalam.
Sedangkan lokasi
"cabe-cabean" di Taman Ayodya,
Blok M, Kebayoran Baru. agak berbeda. Mereka terlihat tertutup dan bercampur
dengan para pengunjung taman lainnya. Mereka beroperasi malam hari, antara
pukul 22.00 hingga 02.00, khususnya pada malam libur. Sebagian "cabe-cabean" ini mengaku berasal
dari Subang, Sumedang, dan Indramayu, Jawa Barat. Beberapa di antara mereka
memasang tarif Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per malam.
Kasie
Rehabilitasi Sudin Sosial Jaksel Miftahul Huda membenarkan beberapa lokasi
tempat mangkal para "cabe-cabean"
itu. Menurutnya, keberadaan mereka adalah salah satu bentuk bisnis prostitusi
baru di wilayah Jakarta Selatan.
"PSK
(pekerja seks komersial) bermotor ataupun di lokasi karaoke hotel sudah ada di
wilayah Melawai, Blok M, Kebayoran Baru. Nah, bisnis "cabe-cabean"
ini yang mulai muncul di Jaksel. Kita sudah mencoba menertibkan mereka dan
berhasil menangkap beberapa, tapi beberapa hari kemudian akan muncul
lagi," ujarnya.
Pihaknya
mengimbau masyarakat untuk bekerja sama dan bersedia melapor ke Sudin Sosial
Jaksel apabila mengetahui keberadaan "cabe-cabean" tersebut. Miftahul
mengaku miris melihat beberapa perempuan muda sudah terjun dalam bisnis haram
tersebut.
Untuk menanggulangi
permasalahan gadis “cabe-cabean” ini
tentu membutuhkan berbagai unsur berperan aktif dalam upaya menyadarkan dan
meminimalkan pertumbuhannya, diantara dari unsur: orangtua, keluarga, pemuka
agama, pemuka masyarakat, aparat, dan aparat pemerintah.
Kasihan sekali, usia merekapun rata-rata masih
terlalu muda antara 14 – 16 tahun, padahal anak seusia itu harusnya masih duduk
di bangku sekolah atau kuliah.
Sumber bacaan : (dwi)
http://wartakota.tribunnews.com/
ARTIKEL TERKAIT: